KIAT MERAIH PRESTASI DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH *)
Oleh Drs. Abdurrahman , M.Pd.

*) Makalah ini disiapkan untuk Seminar Nasional Penulisan Karya Tulis Mahasiswa yang diselenggarakan oleh UNNES pada tanggal 8 April 2006 di Kampus UNNES Semarang .

A. PENDAHULUAN
Dalam Seminar ini kami bebicara bukan bermaksud menggurui peserta seminar. Kami yakin bahwa mahasiswa maupun dosen yang hadir di sini sebenarnya telah memiliki kemampuan menulis karya ilmiah. Kesempatan ini lebih tepat kita pandang sebagai arena tukar pendapat perihal tentang bagaimana agar karya ilmiah yang dibuat bisa meraih prestasi dalam kancah kompetisi tingkat Nasional yang belakangan ini semakin ketat .
Pengalaman kami mendampingi mahasiswa Teknik dalam kompetisi karya ilmiah tingkat Nasional yang di kenal dengan PIMNAS, menunjukkan bahwa betapa berat perjuangan Mahasiswa untuk mencapai juara I. Melalui kerja keras dan cerdas secara berturut – turut sejak PIMNAS 2002, 2003, 2004 dan 2005 mahasiswa FT telah meraih medali emas. Tanpa ada dukungan dari lembaga yang demikian besar kontribusinya, prestasi tersebut sulit tercapai .
Kami memiliki keyakinan yang kuat bahwa mahasiswa UNNES memiliki kemampuan untuk meraih prestasi di tingkat Nasional. Terbukti sejak 2 tahun terakhir ini Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan UNNES secara sungguh – sungguh membakar semangat mahasiswa untuk berkreasi di bidang karya ilmiah telah mengangkat UNNES pada PIMNAS 2005 di Padang menduduki peringkat III setelah IPB dan UGM. Mungkinkah tahun mendatang UNNES menduduki peringkat I ? atau justru prestasi peringkat III merupakan yang terbaik yang kemudian merosot lagi ? Itu semua sangat tergantung pada tekad mahasiswa dan dosen pembimbing dalam membuat karya ilmiah mahasiswa. Hanya bermodal kemampuan tidaklah cukup , tetapi harus di dorong dengan kemauan yang kuat tanpa mengenal lelah & pantang putus asa , kami yakin mahasiswa UNNES mampu mengalahkan mahasiswa dari universitas manapun .
Dalam hal kemauan tidaklah berlebihan jika kita mengambil hikmah dalam ceritera pewayangan yang terkenal yaitu “ Perang Baratayuda “. Seorang pahlawan yang bernama Arjuna yang memiliki kemampuan perang luar biasa hampir mundur ketika berhadapan dengan lawannya yang mana lawannya adalah saudaranya sendiri dan mantan gurunya. Dia ragu , hilang semangatnya dan hatinya luluh. Dalam keadaan patah semangat Arjuna mendapat wejangan dari Kresna , bahwa seorang Ksatira tidaklah pantas mundur dari medan pertempuran dan wajib memerangi watak angkara murka. Berpijak dari wejangan ini arjuna membulatkan tekadnya maju perang dan menghabisi lawan – lawannya , alhasil Arjuna menang. Kisah tersebut menggambarkan bahwa untuk menjadi pemenang harus didasari dua hal, yaitu KEMAMPUAN dan KEMAUAN.
Oleh sebab itu , sekali lagi jangan biarkan kemampuan yang kita miliki terbuang sia – sia tanpa menghasilkan karya ilmiah yang banyak di tawarkan oleh Dikti maupun Lembaga lain. Setelah menyelesaikan Seminar Nasional ini kami sangat mengharap kepada mahasiswa dapat memanfaatkan waktu seoptimal mungkin untuk berkarya agar kita tidak tergolong orang yang merugi. Lebih lanjut tulisan ini akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan strategi agar karya ilmiah yang dibuat dapat meraih prestasi.
B. KARYA ILMIAH
Setiap mahasiswa pasti akan di hadapkan dengan kegiatan penulisan karya ilmiah , sekalipun mereka tidak mengikuti lomba karya ilmiah yang di kompetisikan oleh Dikti maupun lembaga penyelenggara lainnya. Karya ilmiah beragam bentuknya mulai dari makalah , laporan proyek akhir , skripsi , tesis, disertasi, dan lain lain.
Ada beberapa bentuk Karya Ilmiah yang sering di kompetisikan , yaitu :
- Lomba Karya Tulis Mahasiswa ( LKTM )
- Lomba Karya Inovatif Produktif ( LKIP )
- Lomba Rancang Bangun Teknologi ( LRBT )
- Pengembangan Budaya Kewirausahaan Mahasiswa
- Penelitian Inovatif bagi mahasiswa
- Program Kreativitas Mahasiswa
- Lomba Inovasi Bisnis Pemuda ( LIB )
- Kontes Robot Cerdas Indonesia dan Kontes Robot Indonesia
- Rancang Bangun Jembatan
- Lomba Karya Tulis Presentasi Pemikiran Kritis Mahasiswa
- Lomba Karya Tulis Lingkungan Hidup ( LKTM – LH )
- Lomba Karya Tulis Mahasiswa Berprestasi
- DLL
Beragam bentuk karya ilmiah tersebut , pada tiap bentuk memiliki tata cara format penulisan keilmuan beragam yang dapat di temui dalam berbagai pedoman / panduan penulisan. Tata cara format penulisan bisa berbeda namun jiwa dan penalarannya adalah sama. Tata cara format penulisan merupakan masalah selera dan preferensi perorangan dengan memperhatikan berbagai faktor seperti masalah apa yang sedang di kaji , siapa pembaca tulisan ini dan dalam rangka kegiatan keilmuan apa karya ilmiah di sampaikan . Namun demikian bagi mahasiswa yang mengikuti lomba karya ilmiah , wajib mematuhi tata cara penulisan sesuai dengan panduan yang telah di tentukan. Hal ini penting karena salah satu aspek dalam penilaian merujuk pada komponen yang ada pada format penulisan .
Karya ilmiah yag baik tidak saja menyangkut tata cara format penulisan , penggunaan bahasa , tetapi melibatkan kemampuan kerja yang terkoordinir dalam menyerap informasi , memproses dan menyajikan dalam logika yang runtut, sangat dominan terwujudnya karya ilmiah yang berkualitas .
Sebuah karya ilmiah sudah dapat dipastikan berisi Judul, Perumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Landasan teori, dan Pembahasan. Karya ilmiah PKMI tidak mensyaratkan Landasan Teori, sedangkan karya ilmiah PKM non PKMI dan Rancang Bangun Teknologi secara eksplisit tidak mensyaratkan adanya Pembahasan.
C. KRITERIA KARYA ILMIAH YANG BAIK
Membicarakan tentang kriteriai karya lmiah yang baik, tiap orang memiliki dasar yang beragam dalam memberikan predikat baik tidaknya suatu karya ilmiah. Bisa terjadi suatu karya ilmiah mendapat penilaian berlawanan oleh dua orang penilai. Kejadian ini dapat dimaklumi karena karya ilmiah memang dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang masing-masing mempunyai alasan sesuai dengan latar belakang keilmuan yang dimiliki oleh orang yang menilai.
Ada beberapa faktor dominan yang mewarnai baik tidaknya karya ilmiah , yaitu :
Pertama, karya ilmiah ditinjau dari manfaatnya. Tidak sedikit karya ilmiah yang dibuat memiliki manfaat yang sangat kecil , bahkan tidak bermanfaaat. Kalau dicermati banyak karya ilmiah yang hanya merupakan koleksi tanpa ada tindak lanjut. Kembali pada masalah manfaat karya ilmiah, ada tiga tingkatan manfaat , yaitu :
1. Manfaat terhadap teori , ilimu atau teknologi.
2. Manfaat terhadap pembangunan masyarakat atau negara.
3. Manfaat terhadap lembaga.
Setidak-tidaknya karya ilmiah dapat memberi sumbangan terhadap salah satu dari ketiga aspek tersebut. Untuk mencapai kearah itu langkah awal yang perlu diperhatikan , yaitu kecermatan dalam menentukan masalah.
Kedua , keaslian karya ilmiah. Yang dimaksud keaslian adalah karya ilmiah yang dibuat memang benar-benar baru tidak merupakan pengulangan yang sudah pernah dilakukan .
Ketiga , prosedur metodologi. Pada fase ini perlu diperhatikan latar belakang masalah, perumusan masalah, kajian teori, metode ( survei, eksperimen dll ), populasi dan sample, instrumen, teknik pengumpulan data, desain dan analisis data .
Keempat , tata tulis dan bahasa. Tata tulis hendaknya konsisten. Jika menggunakan American Psychological Association ( APA ), mulai dari awal sampai akhir tulisan harus mematuhi aturan yang ada di dalam APA, demikian juga jika menggunakan tata tulis Modern Language Association ( MLA ) atau aturan dari pusat bahasa. Sering terjadi penggunaan tata tulis yang tidak konsisten yaitu mencampur adukkan antara ketiga aturan tata tulis tersebut. Kecuali tata tulis penggunaan bahasa hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Banyak penulis yang belum dapat mengemukakan melalui tulisan yang baik sehingga menimbulkan salah interprestasi bagi pembaca. Penulis harus mampu meyakinkan pembaca tentang nilai karya ilmiahnya dan menunjukkan jalan berfikir yang baik .
D. METODE MENEMUKAN PERMASALAHAN PENELITIAN
Seperti telah dikemukakan didepan bahwa menentukan masalah adalah pekerjaan yang sangat penting. Melihat pentingnya kedudukan masalah yang akan diungkap, dapat dikatakan bahwa mengetahui permasalahan dan merumuskannya secara tepat dapat dipandang merupak 50 % dari pemecahan permasalahan .
Permasalahan hendaknya memiliki dampak dimasa yang akan datang. Jika masalah yang akan diangkat ternyata tidak memiliki dampak dimasa mendatang, sebaiknya tidak perlu di angkat dalam karya ilmiah.
Mahasiswa sering mengalami jalan buntu saat memikirkan masalah apa yang akan diungkap dalam karya ilmiahnya. Ada beberapa cara untuk membantu menemukan permasalahan, diantaranya melalui ( a ) diskusi, ( b ) daya khayal dan ( c ) intuisi. Berikut ini ketiga cara tersebut .
a) Diskusi
Diskusi merupakan cara yang mudah dilakukan untuk menentukan permasalahan. Diskusi dapat dilakukan dengan teman atau penulis senior. Melalui diskusi dapat memberi berbagai alternatif pemecahan, yaitu :
- Orang lain dapat melihat persoalan dari sisi lain sehingga memungkinkan memberi ide-ide baru yang bermanfaat.
- Dari berbagai pandangan peserta diskusi, dapat disintesikan menjadi suatu ide baru.
- Melalui diskusi, masing-masing ide akan mendapat kritikan sehingga diperoleh ide baru yang benar-benar solid.
- Masalah yang ditemukan melalui diskusi benar-benar masalah yang sangat bermanfaat, bukan merupakan permasalah peneliti sendiri.
- Kemungkinan terjadi pengulangan permasalahan menjadi semakin kecil, karena telah dicermati oleh orang banyak ( peserta diskusi ).
b) Menggunakan Potensi Daya Khayal
Pada situasi tertentu, terutama saat bebas dari pekerjaan fisik maupun mental yang cukup melelahkan, orang sering melanturkan pikiran ke arah di luar persoalan yang sedang dihadapi. Proses ini tentunya akan menyerap energi yang sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah- masalah yang penting.
Pada waktu luang misalnya menjelang tidur sering pikiran diperbolehkan berkembang kemana-mana secara leluasa bahkan apa yang ada dalam pikiran adalah hal-hal yang sangat aneh ( sangat tidak mungkin ). Memanjakan pikiran secara leluasa ini dinamakan melamun. Melamun adalah aktifitas yang seharusnya dijauhi karena tidak akan menemukan pemecahan masalah maupun menemukan masalah dalam kontek penelitian .
Aktifitas otak yang mirip dengan melamun adalah daya khayal. Kedua aktifitas ini sebenarnya tidak sama, hanya orang sering menyamakan kedua pengertian tersebut. Kalau orang sedang memecahkan masalah, langkah-langkah yang lazim ditempuh adalah menghubung-hubungkan pengetahuan yang telah diperoleh melalui pengalaman praktek maupun melalui membaca buku yang relevan dengan persoalan yang sedang dihadapi. Namun demikian terkadang munculnya pemikiran untuk memecahkan masalah tanpa berdasarkan pengalaman yang telah diperoleh dimasa lalu. Orang dapat menghubungkan beberapa fenomena tanpa melalui tahap – tahap yang lazim. Kemampuan ini dinamakan kemampuan daya khayal. Tiap orang mempunyai day khayal tidak sama, tergantung sejauh mana mereka sering melatih. Kemampuan daya khayal juga dipengaruhi oleh pembawaan sejak lahir.
Potensi daya khayal dapat ditingkatkan dengan cara sering menggunakan daya khayal setiap akan memecahkan masalah apa saja atau saat mencari permasalahan penelitian. Dalam menggunakan daya khayal, coba bayangkan atau buat gambaran dalam pikiran tentang sesuatu yang berkaitan dengan apa yang diinginkan .
Dengan memiliki potensi daya khayal yang tinggi, dapat diterapkan potensi tersebut dalam mencari masalah penelitian. Daya khayal dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi dalam mencari permasalahan penelitian. Kecuali itu daya khayal dapat digunakan untuk merangsang penerapan hasil penelitian yang lebih tepat, sebab dengan memanfaatkan daya khayal seseorang dapat membayangkan implikasi-implikasi hasil penelitian. Daya khayal memungkinkan kita untuk menjelajah ke daerah yang belum kita kinal bersamaan dengan itu akal memeriksa temuan-temuan dengan lebih teliti .
c) Memanfaatkan Intuisi
Dalam memecahkan masalah atau mencari masalah penelitian, intuisi sangat besar manfaatnya. Istilah intuisi ada yang menyebut firasat atau ilham. Pengertian tersebut pada dasarnya sama yaitu suatu pengertian atau penjelasan yang datangnya secara tiba-tiba.
Terjadinya intuisi tidak tentu datangnya, maka sebaiknya jika kita mendapat intuisi, langsung dicatat. Sering terjadi timbulnya intuisi justru pada saat seseorang tidak memikirkan secara sadar mengenai masalah yang dihadapi. Sebagai contoh, yaitu peristiwa yang dialami oleh Archimedes. Waktu beliau sedang merendam diri dalam bak air, tiba-tiba ditemukan pemecahan masalah yang sedang dipikirkan yang dikenal “ hukum Archimedes “.
Intuisi dapat terjadi pada saat sedang tidur. Singer, penemu mesin jahit menemukan lubang jarum mesin jahit pada ujungnya ketika dia dalam tekanan yang sangat berat dari pihak yang memberi proyeknya. Dia bermimpi dikepung orang-orang liar yang menusuk – nusuk dengan tombak yang berlobang diujungnya.
Pada prinsipnya intuisi dapat timbul kapan saja, yaitu pada saat orang sedang berusaha memecahkan masalah atau beristirahat sebentar setelah berusaha dan mengalihkan pikiran ke hal-hal lain. Bagaimana cara memperoleh intuisi ? Ada beberapa cara untuk memperoleh intuisi yang dapat dimanfaatkan untuk menentukan permasalahan penelitian atau tujuan – tujuan lain, yaitu :
- Pikirkan secara mendalam mengenai persoalan hingga pikiran kita jenuh. Dengan penjenuhan pikiran, akan memungkinkan bekerjanya pikiran bawah sadar.
- Melepaskan diri dari semua persoalan atau gangguan yang selama ini dipikirkan. Persoalan keluarga, kekacauan pikiran, sangat mengganggu perolehan intuisi.
- Gunakan waktu luang untuk benar-benar beristirahat setelah usaha keras dilakukan. Pekerjaan yang tidak membutuhkan usaha mental seperti mengerjakan hobi ( memancing, rekreasi ), berjalan-jalan, kerja fisik ringan sering membantu memperoleh intuisi.
- Menciptakan rangsangan positif dengan melalui ( a ) diskusi, ( b ) membaca tulisan ilmiah ( hasil-hasil penelitian ), dan ( c ) membaca tulisan yang bertentangan dengan pandangan kita.
Secara substantif, masalah yang akan diangkat menjadi karya ilmiah dituntut memenuhi kriteria, antara lain :
- Tepat waktu, yaitu masalah yang sedang hangat diperbincangkan saat ini.
- Menjawab masalah praktis yang mendesak untuk dipecahkan.
- Masalah yang diangkat berdampak luas dalam masyarakat.
- Mempertajam konsep yang sudah ada.
- Originalitas, yaitu masalahnya benar-benar baru.
Ditinjau dari tingkat urgensinya permasalahan dapat dikelompokkan menjadei tiga, yaitu:
- Pseudo problem, yaitu masalah yang semu, artinya masalah tersebut masih pada taraf yang tidak begitu membahayakan bahkan jika tidak diatasi tidak begitu berdeampak negatif terhadap lingkungannya.
- Actual problem, yaitu masalah yang dirasakan oleh kelompok tertentu dan jika tidak diatasi, kelompok tersebut merasa terganggu. Bentuk teknologi yang digunakan untuk mengatasi masalah yang dikategorikan actual problem tidak teknologi baru, tetapi orang lain di tempat berbeda mungkin sudah pernah mengetahui atau pernah melakukan pemecahannya.
- Genuine problem, yaitu masalah yang benar-benar baru, artinya cara pemecahan masalah belum pernah dilakukan orang lain.
Dari ketiga kelompok tersebut sedapat mungkin dicari permasalahan yang genuine, jika tidak mampu mengatasi masalah yang sifatnya genuine problem, actual problem masih dapat di buat untuk karya ilmiah. Sedapat mungkin hindari masalah yang semu (pseudo problem).
Sumber-sumber yang bisa dijadikan acuan dalam mencari permasalahan antara lain:
- Inventarisasi permasalahan di departemen-departemen yang biasa disebar ke Bappeda/ Kanwil.
- Permasalahan yang timbul melalui polemik surat kabar.
- Permasalahan yang terlontar lewat jurnal-jurnal profesional.
- Kristalisasi pengalaman pribadi di lapangan.
- Saran-saran skripsi/ tesis yang dibuat orang lain.
E. KIAT MERAIH PRESTASI GEMILANG
Seperti dikemukakan di atas bahwa manfaat dari karya ilmiah, keaslian, perumusan masalah, serta tata tulis dan bahasa memiliki kontribusi yang besar terhadap kualitas karya ilmiah. Oleh karena itu perlu perhatian khusus pada aspek-aspek tersebut.
Kecuali hal tersebut ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus agar program karya ilmiah mencapai prestasi yang gemilang , yaitu :
- Ikuti pedoman umum yang diterbitkan oleh penyelengara lomba. Pelajari pedoman umum dengan cermat sehingga tidak didiskualifikasi. Ingat bahwa jumlah proposal dan makalah yang masuk dalam setiap kompetisi jumlahnya ratusan bahkan ribuan, dan yang dipilih untuk didanai hanya sebagian kecil.
- Penuhi aturan yang ada pada sistematika penulisan. Tiap bentuk lomba karya ilmiah memiliki sistematika berbeda. Jika ada bab maupun sub bab yang kurang sudah barang tentu mengurangi skor yang cukup signifikan.
- Cermati kriteria penilaian. Tiap bentuk lomba karya ilmiah memiliki kriteria penilaian yang berbeda, namun dapat dipastikan bahwa bobot pada kriteria permasalahan yang diangkat dan kegunaan/ manfaat yang dapat diambil dalam karya ilmiah memiliki bobot yang besar. Hampir semua lomba kecuali menilai tulisan karya ilmiah juga menilai presentasi/ penyajian yang dilanjutkan dengan tanya jawab. Pada sesi ini perlu dipersiapkan dengan matang. Buat media yang mampu menjelaskan substansi karya ilmiah ke dewan juri dengan gamblang dan menarik. Gunakan audio visual untuk meyakinkan dewan juri. Jangan lupa kerjasama kelompok dalam menjawab pertanyaan dan pegang teguh sikap ilmiah. Beberapa lomba karya ilmiah ada penilaian yang bentuknya visitasi/ pemantauan tentang karya yang telah dibuat. Perlu diperhatikan bahwa bobot penilaian saat visitasi besarnya 80 dan laporan bobotnya hanya 20. Oleh karena itu usahakan saat visitasi, karya yang dibuat harus sudah selesai. Pengalaman selama kami mendampingi program visitasi, banyak karya-karyanya yang belum 100% selesai, bahkan ada yang sangat memprihatinkan dengan alasan dana dari pusat turunnya terlambat. Dalam hal dana yang turunnya terlambat, pihak lembaga harus siap meminjami dan bila dipandang perlu pihak lembaga harus siap menambah dana pembuatan proyek guna suksesnya program visitasi.
- Buat tim atau kelompok kajian karya ilmiah di tiap jurusan sebagai pusat curah pendapat dan selalu membuat karya baru tanpa harus menunggu tawaran lomba. Perlu disadarai bahwa informasi lomba biasanya datangnya mendadak, artinya jarak antara informasi dengan deadline pengumpulan proposal atau naskah karya ilmiah hanya beberapa hari. Sering terjadi mahasiswa tidak sanggup membuat proposal dan jika membuat sekedar asal jadi. Pembuatan proposal model dadakan seperti ini jangan harap diterima. Jika sudah terbentuk tim kajian karya ilmiah di jurusan, langkah selanjutnya buat bank proposal atau bank karya ilmiah.
- Jika proposal diterima, curahkan semua tenaga all - out untuk merealisasi proposal menjadi hasil karya yang baik agar saat visitasi dewan juri memperoleh skor tinggi, sehingga masuk ke babak final dalam Pimnas. Pada momentum ini peran dosen pembimbing dan kepedulian jurusan sangat luar biasa besarnya. Jika pada tahap mewujudkan proposal menjadi karya nyata pihak dosen pembimbing dan jurusan tidak lagi bersemangat dan hanya dipasrahkan ke mahasiswa, rasanya sulit mencapai hasil yang baik. Kondisi ini yang sering terjadi sehingga lebih banyak menuai kegagalan.
- Dosen pembimbing harus benar-benar membimbing mahasiswa selama proses pembuatan proposal atau karya ilmiah hingga pada tahap-tahap selanjutnya, bahkan sampai pada titik akhir, yaitu presentasi karya ilmiah di babak final. Masalah klasik sering muncul penyebab lemahnya semangat dosen pembimbing dalam proses bimbingan, yaitu penghargaan finansiil dosen pembimbing yang sangat kecil, bahkan saat yang dibimbing menjadi juarapun dosen pembimbing tidak disebut namanya, semua hadiah hanya untuk mahasiswa.
- Suplai dana dan beri fasilitas yang optimal jika ada tim yang proposalnya maju ke babak final. Saat ada tim yang masuk ke babak final, pihak lembaga harus mendukung total dengan keyakinan bahwa timnya menjadi juara.
- Fasilitasi tim finalis untuk mengadakan latihan presentasi. Ini sangat penting karena butuh jam terbang bagi mahasiswa untuk mampu mengemukakan pendapatnya di depan umum. Sikap dalam presentasi, cara menjawab, penggunaan bahasa tutur yang baik, penampilan, dan etika selama presentasi perlu dilatih berulang-ulang.
- Beri janji hadiah yang menarik bagi pemenang – mahasiswa dan dosen pembimbing- tingkat nasional dan tingkat regional. Program ini mengarah pada pemberian motivasi.
- Tingkatkan motivasi mahasiswa melalui lomba karya ilmiah mulai dari tingkat jurusan sampai Universitas.
- Budayakan kepada seluruh dosen yang mengajar matakuliah apa saja, pada akhir semester tiap mahasiswa atau kelompok mahasiswa harus menghasilkan proposal atau karya ilmiah berupa makalah.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan urain yang telah dipaparkan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
- Langkah awal yang perlu ditemukan dalam menulis karya ilmiah adalah menentukan permasalahan yang benar-benar urgen harus di pecahkan.
- Usahakan manfaat karya ilmiah yang dibuat benar-benar menyentuh masyarakat banyak.
- Optimalkan potensi diri dalam menemukan masalah atau topik melalui diskusi, mengembangkan daya khayal, dan intuisi.
- Cermati tata aturan lomba karya ilmiah melalui buku panduan yang diterbitkan oleh penyelenggara. Melalui informasi tersebut dapat dilanjutkan dengan proses penulisan yang benar tidak lepas dari koridor tata cara yang ditentukan.
- Kombinasikan kemampuan dan kemauan secara harmonis untuk melakukan kompetisi disetiap lomba karya ilmiah.
- Dukungan pembimbing dan jurusan sangat dibutuhkan dalam kompetisi karya ilmiah, boleh jadi lomba karya ilmiah mahasiswa merupakan refleksi dari kompetisi dosen pembimbingnya.
- Kemampuan presentasi merupakan faktor dominan menentukan kemenangan dalam lomba karya ilmiah. Oleh karena itu perlu latihan dan buat alat bantu presentasi yang baik, misal melalui animasi, foto, bahkan jika mampu tayangkan film.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1989). Pedoman Penulisan Ilmiah. Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Jakarta. Fakultas Pascasarjana
Fransz Magnis & Seno. (1995). Wayang dan panggilan manusia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Rumawas F. (1974). Metodologi penelitian. IPB.
Sukamto. (1990). Orientasi topik dan permasalahan untuk penelitian tesis S2.
Makalah disajikan pada orientasi mahasiswa baru program S2 di IKIP
Yogyakarta
Sumadi Suryabrata. (1983). Metodologi Penelitian. Jakarta :CV. Rajawali.
posting terus artikel yang bermutu
BalasHapus